Ekspresi Mom melihat aku dan Kyle pulang membawa Rydec sangat tidak kuduga. Kami tidak perlu menjelaskan apa- apa. Mrs. Vergee sangat senang aku dan Kyle pulang membawa Rydec.
“Mengapa kalian pulang sangat sore?” Mrs. Vergee diam sebentar dan dia melihat aku menutup mulut, menghembuskan nafas, “Sudahlah, kalian tidak perlu menjawabnya. Oh, iya! Kelsey, Mom sudah menyiapkan air hangat. Kau harus mandi,” Mrs. Vergee melirik Kyle yang merangkul Rydec, “Kyle, bagaimana kalau kau ajak dia mandi dulu?” kata Mrs. Vergee begitu aku, Kyle, dan Rydec masuk ke rumah.
“Ok, Mom.” aku dan Kyle berbicara bersamaan. Suaraku serak, kentara sekali aku sedang menyembunyikan sesuatu. Untung saja Mrs. Vergee tidak memperhatikan karena suara Kyle yang indah menutupi suaraku.
“Baiklah, Mom tunggu kalian di ruang makan.” Mrs. Vergee segera pergi menuju dapur.
Aku menyerahkan Rydec pada Kyle. Aku harus mandi dan menyegarkan pikiran sebelum berhadapan dengan Mrs. Vergee dan Mr. Vergee nanti saat makan malam─keluarga Mr. Vergee makan malam sebelum dentang jam berbunyi enam kali.
Aku membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit untuk menyegarkan semuanya. Ideku kembali muncul. Ide yang sempat terlintas di otakku.
“Xee?” aku memanggil dalam pikiran, “Bisakah kau datang untuk sekadar bertamu ke sini? Aku membutuhkanmu sekarang.”
“Kau sangat berani. Bukankah kau sudah tahu bahwa kau tidak bisa melihatku?” Xee menjawab dengan nada menyindir.
“Jadi, kau tidak bisa datang?” aku membalas dengan nada menyindir juga. Aku sama sekali tidak menerima sindirannya tadi.
Tidak ada jawaban.
Mungkin karena sedang kesal, aku jadi tidak menginginkan kedatangan Xee. Sekarang aku sangat menyesal. Lebih baik aku tidak usah memikirkan ide itu.
Sambil terus menggerutu, aku melangkah menuju ruang makan yang berada di bagian belakang rumah ini. Di tengah perjalanan, aku mendengar bel pintu berbunyi. Kubelokkan langkahku menuju pintu depan. Kutarik gagang pintu, pintu besar itu terbuka, tetapi tidak ada siapapun. Seharusnya ada seseorang yang tadi membunyikan bel berdiri dihadapanku sekarang.
Kucondongkan kepalaku ke depan, menengok ke kanan dan ke kiri. Aku memastikan tidak ada siapapun di sana sebelum menutup pintu depan yang terlanjur kubuka.
Daun pintu itu sudah bergerak perlahan untuk menutup sebelum sebuah suara mengagetkanku.
“Kau tahu? Kau tidak bisa melihatku?” orang itu menyindirku dengan nada yang sangat- sangat membuatku kesal.
“Ya, aku sangat tahu. Sekarang, sebagai Kelsey Vergee, aku tidak mengizinkanmu untuk memasuki rumah ini.”
Tanpa basa- basi aku langsung mempercepat laju daun pintu agar cepat bergabung dengan daun pintu lainnya, tetapi sesuatu menahannya─aku tidak tahu jelas apa yang menahan daun pintu karena aku tidak bisa melihatnya─sehingga daun pintu itu kini berhenti bergerak. Kemudian semuanya menjadi terlalu cepat. Saat daun pintu itu berhenti bergerak, ada sesuatu yang hangat menyelubungi tubuhku. Kehangatan itu membuatku menghilangkan semua perasaan kesal yang telah menguasaiku.
Sekarang jalan pikiranku sudah berbalik 180o. Aku mempersilahkan dia masuk. Dan aku mengajaknya ke ruang makan. Layaknya sahabat karib, aku menggandeng sesuatu yang tidak dapat kulihat wujudnya. Saat itu aku benar- benar terbuai perasaan bahagia.
Di ruang makan, semua sudah duduk ditempatnya masing- masing. Rydec duduk bersebelahan dengan Kyle. Wajahnya pucat, mulutnya tertutup rapat. Masih sama seperti terakhir aku melihatnya.
“Mom, Dad, dia boleh ikut?” seruku.
“Oh, Kelsey…, kita sudah menunggu lama sekali. Ternyata ada tamu,” melihat ke arah sesuatu di sebelahku, “makan bersama lebih banyak teman pasti lebih menyenangkan.” Mrs. Vergee tersenyum manis.
Aku duduk berseberangan dengan Kyle. Dan dia yang telah menenangkan hatiku duduk di sebelahku. Rasanya aku masih tidak percaya saat sendok di sebelahku mengangkat dengan sendirinya untuk menyendok sup ayam yang telah tersedia. Rasanya seperti bermimpi.
Bibi Beth datang tepat setelah aku menghabiskan sup ayam di mangkukku. Walaupun kerutan- kerutan halus sudah mulai menghiasi wajahnya, Bibi Beth tetap cantik di mataku.
“Terimakasih, Bi.” ucapku sebelum Bibi Beth pergi ke dapur untuk mencuci piring dan mangkuk- mangkuk kosong yang kini berada di atas telapak tangannya.
Bibi tersenyum padaku.
Aku berfikir, bagaimana rumah ini jika Bibi Beth tidak ada. Siapa yang akan membersihkan seluruh ruangan di rumah ini? Huffh…, terimakasih Bibi.
Kemudian kami mengobrol di ruang tamu.
“Oya! Mom belum tahu nama teman kalian ini.” Mrs. Vergee memulai pembicaraan.
“Ini Rydec, Mom.” Kyle mendahuluiku menjawab.
Rydec dan Mr. Vergee bersalaman, dilanjutkan dengan Mrs. Vergee.
“Dan saya Xee. Senang bertamu ke rumah anda.” suara Xee terdengar jelas di telingaku walaupun aku tak dapat melihat wujudnya.
“Mom kagum, Kelsey. Kau sudah mendapat banyak teman di hari keduamu.” senyum tulus merekah di wajah Mrs. Vergee.
Senyumanpun menghiasi wajahku yang terlanjur merona karena malu. Aku merasa sangat bahagia saat Mrs. Vergee memujiku, “Thanks Mom.”
Kulirik Rydec di sebelahku. Dia tetap tidak mau mengeluarkan kata- kata. Sama sekali. Senyumku mendadak tersapu bersih dari wajahku saat kusentuh tangan Rydec. Bagaikan menyentuh sebongkah es. Bahkan tangan Rydec jauh lebih dingin dari pada tangan Alvin.
“Emm, Mom? Sepertinya Rydec butuh istirahat. Tangannya dingin sekali…” ucapanku membuat Mr. Vergee berhenti tertawa. Bersamaan dengan suasana yang berubah hening, jam dinding berdentang sepuluh kali. Aku tidak menyadari, ternyata sudah larut malam.
“Ini memang sudah larut. Kita semua memang butuh istirahat.” Mr. Vergee beranjak dari sofa, “Malam semua.”
Mrs. Vergee mengikuti Mr. Vergee yang telah memasuki kamar tidurnya. Sedangkan Kyle memilih untuk mengajak Rydec ke kamar tidurnya. Berbicara tentang Xee, aku tidak tahu sama sekali apa yang akan atau sedang ia lakukan. Rasanya tidak enak berlama- lama di sini. Lebih baik aku ke kamar tidur Kyle saja.
Berjalan dalam kesunyian membuatku benar- benar tidak nyaman.
“Di mana kau?” tanyaku kepada Xee─dari dalam pikiran tentunya.
“Di tempat di mana kau berada.”
Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dengan gusar. Menyerah. Aku benar tidak menemukan apa- apa. Kupercepat langkahku. Detak jantungku entah mengapa berdetak lebih cepat dibandingkan derap langkahku yang hampir berlari. Mengapa aku merasa seperti dikejar oleh sesuatu, ya?
Aku berhenti berlari saat memegang kenop pintu kamar tidur Kyle. Nafasku tersengal- sengal. Huffh… seharusnya aku lebih rajin latihan olah raga agar aku dapat mengatur nafasku dengan benar.
Setelah nafasku─kurang lebih─teratur, aku segera memutar kenop pintu yang terasa hangat─mungkin karena aku terlalu lama melekatkan tanganku ke kenop itu─lalu mendorongnya dengan gerakan sepelan mungkin. Aku tidak tahu mengapa, tetapi itu membuatku lebih mudah bernafas dengan benar.
“Kyle?” kataku mengendap masuk ke ruangan pribadi Kyle.
“Kyle?” kutanyakan hal yang sama pada ruangan kosong di hadapanku.
“Dia tidak ada di sini, Kelsey.” Xee berbicara tepat di telingaku.
“Kau tahu dia di mana?” seruku.
Kemudian sesuatu yang sangat hangat menggenggam tanganku. Aku yankin itu Xee. Benar saja, sesuatu yang hangat tadi kini berubah menjadi sesuatu yang hangat dan berbulu. Tidak ada lagi kehampaan dan kesendirian yang menghiasi diriku. Karena dia telah menampakkan wujudnya. Serigala besar berbulu putih.
Secepat dia berubah, secepat itu pula dia membawaku─dalam pelukannya─ke tempat Kyle sekarang berada.
Aku baru tahu ada pintu di sekitar sini. Pintu apa ini? Pintu yang memiliki bentuk dan warna yang sama sekali berbeda dengan pintu yang lainnya di rumah ini.
Memang, aku baru di sini, tetapi bukan berarti aku tak kenal rumah ini. Aku tahu semua bagian dari rumah ini. Aku hafal fungsi- fungsi yang dimiliki tiap ruangan di rumah ini. Untuk mengisi waktu luang sebelum aku siap bersekolah, aku selalu bercengkrama dengan Bibi Beth dan belajar mengenal rumah ini. Kupikir aku sudah mengenal semua yang ada di rumah ini─
Aku salah. Aku tahu itu. Karena aku sama sekali tak mengenal tempat ini. Lorong ini, dekorasi ini, dan ruangan tertutup yang ada di hadapanku ini. Semuanya benar- benar asing di mataku─
“Aku tahu, dipikiranmu sekarang pasti dipenuhi oleh pertanyaan.” hembusan nafas Xee menyentuh rambutku dengan lembut─namun cukup keras untuk mengagetkanku, “Kelsey, lebih baik kau memikirkan hal yang lebih penting... kau mencemaskan Rydec, kan?”
Walaupun saat dia mengirimkan kata- katanya tadi aku sedikit kaget, tetapi setelah dia memberiku penjelasan, aku tahu apa yang harus kulakukan. Jelas itu bukan tentang semua pertanyaan yang memenuhi seluruh otakku tadi. Ini tentang Rydec.
Perlahan tanganku terjulur untuk meraih gagang pintu besar dari marmer yang ada di hadapanku. Dingin.
Kutarik gagang itu. Tidak bisa.
Kemudian kudorong pintu marmer itu. Tetap tidak bisa.
“Xee? Bisa tolong bantu aku?” aku mendongakkan wajahku ke wajahnya.
“Dengan senang hati.” serigala itu menyunggingkan senyum.
Berbeda sekali denganku. Mudah sekali membuka pintu itu bagi Xee. Seperti aku membuka lapisan roti tawar. Iri aku melihatnya.
Pintu marmer itu terbuka. Di dalamnya seperti pameran lukisan. Juga mirip seperti gedung bioskop, mempunyai layar putih besar yang terlihat saat pertama kali pintu marmer itu terbuka. Ruangan ini juga kedap suara. Aku tahu itu saat melihat dinding- dindingnya yang ber─
“Ehm!” suara Xee menyadarkanku.
Mataku menangkap bayangan yang kukenal, Kyle. Dia sedang berdiri termangu. Kyle menoleh ke arahku. Kutatap wajahnya. Terlihat bahwa ada yang membuatnya sangat sedih, tetapi apa?
“Kyle, apa yang kau lakukan di sini?” aku mencoba menyembunyikan rasa ingin tahuku. Tapi tak bisa.
Kyle tidak mengeluarkan sepatah katapun untuk menjawab rasa ingin tahuku tadi. Ada apa ini? Apa yang telah terjadi?
“Xee? Aku tahu kau mengetahui apa yang ku ingin ketahui.” kutatap sosok besar berbulu─
Oh! Tenggorokanku tercekat. Bagaimana bisa dia seceroboh itu?
“Xee? Apa kau lupa kau sedang menjadi serigala? Bagaimana jika Kyle memberitahukan ini pada Mom? Ooh..., bagaimana ini?” aku menggeleng- gelengkan kepalaku.
“Mengapa kau mempermasalahkan itu, Kelsey? Padahal kau tahu ada yang lebih penting dari pada ini semua.”
“Bukankah tadi aku sudah bertanya soal Kyle? Padahal aku berfikir bahwa ini ada hubungannya dengan Rydec, tetapi bukankah kau sendiri yang tidak mau memberitahukannya padaku?” suara yang kutransfer lewat pikiranku meninggi.
“Tidak ada salahnya berusaha untuk mengetahuinya tanpa bantuan orang lain.” suara yang kuterima dari pikiran Xee terdengar tanpa ekspresi.
Xee benar. Aku baru menyadari, mengapa di sini aku terkesan sangat egois? Aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi tanpa bantuan orang lain. Tubuhku bergerak dengan pasti menjauh dari serigala itu dan menghampiri Kyle. Saat itulah aku melihat apa yang ada di hadapan Kyle. Saat itu juga aku tahu apa yang membuatnya sangat sedih.
Tidak. Jangan. Aku belum siap menerima ini semua. Tidak. Jangan secepat itu.
Kenapa harus dia? Padahal aku baru bertemu dengannya pagi ini. Dan aku tidak sanggup menerima kenyataan bahwa AKU YANG MEMBUNUHNYA! Mengapa aku seceroboh itu bercerita tentang Alvin dengannya? Tidak. Tidak. TIDAAAAK─
Samar- samar kulihat wajah Kyle, kemudian pengelihatan itu semakin jelas. Terlalu jelas. Ada apa dengan mataku?
“Kau tak apa?” Kyle bertanya dengan sangat antusias.
Aku mengangkat tubuhku perlahan. Kini aku bisa lebih rileks dengan posisi dudukku. Sejenak aku bersyukur kejadian mengerikan barusan tidak nyata. Aku hanya bermimpi. “Oh, yeah. Hanya sedikit tegang,” pandangan mataku mencari sesuatu, “Mana Rydec?”
Kyle menggelengkan kepala. Tatapan matanya menyorotkan kesedihan.
Aku melayangkan pandangan mataku ke belakang tubuh Kyle. Ada sesuatu yang tak kulihat sebelumnya. Rydec. Dia sedang duduk di sofa, pandangan matanya kosong. Kulihat kulitnya jauh lebih pucat dari pada kulit Rydec dalam ingatan terakhirku sebelum mimpi yang sangat buruk tadi. Aku merasa apa yang aku mimpikan tadi akan menjadi kenyataan.
“Hey! Jangan melamun seperti itu!” ketiga sobatku─Kathryn, Serrafine, dan Nerry─berteriak bersamaan. Membuatku bertambah kaget.
Seingatku ini libur. Kenapa Kathryn, Serrafine, dan Nerry ada di sini? Apakah aku tidur lama sekali sehingga aku melewatkan sesuatu? Kurasa tidak.
“Hey! Kelsey─kau melamun lagi. Sebentar lagi acaranya dimulai...” mata Serrafine melotot di belakang kaca matanya.
Aku membuat mimik bingung di wajahku. Alis mataku menunjukkan lekukan aneh─ada cermin di hadapanku, pandangan mataku berpencar ke sana ke mari mencoba mencari jawaban.
Nerry memutar bola matanya saat pandangan mataku tertuju padanya. “Oh..., Kelsey jangan bilang kau tidak tahu ini hari apa.”
Aku menggeleng pelan.
Sontak Serrafine, Kathryn, dan Nerrylee membelalakan matanya bersamaan. “Kau bercanda?!”
“Tidak,” aku menggeleng lalu menelengkan kepalaku ke Kyle, “Kyle? Bisakah kau memberitahuku?”
Kyle melirik Serrafine. Mereka seperti sedang berbicara dengan bahasa isyarat yang tidak kuketahui. Kemudian Kyle mengangkat setengah lengannya sehingga membentuk sudut lancip di kedua sikunya lalu perlahan tapi pasti Kyle melangkahkan kakinya menjauhiku, lalu membawa Rydec keluar dari ruangan yang kutempati ini.
Aku masih belum mengerti.
Sejurus kemudian Kathryn membuka lemari pakaian dan mulai memilih baju- baju─gaun mungkin─yang ada di dalam lemari itu. Nerry setengah berlari menuju meja rias, membuka laci- lacinya, kemudian mengeluarkan beberapa macam kotak indah dari dalamnya. Sementara Serrafine membantuku berdiri─sangat tidak terduga, syok yang tadi kurasa sangat hebat sekarang sudah tidak berbekas lagi. Hingga Serrafine tak perlu mengerahkan tenaganya untuk membantuku berdiri, dan ia juga tak perlu menuntunku ke kamar mandi, dan yang paling bagus adalah ia tak perlu memandikanku.
Serrafine menunggu di dalam kamar mandi─khawatir jika terjadi apa- apa padaku─dan aku berada di dalam shower room. Karena itulah aku tidak perlu merasa tidak enak saat mandi, tetapi alasan sejujur- jujurnya adalah karena kini perhatianku tertuju pada tubuhku.
Sejak bangun tadi, aku merasa ada yang salah pada tubuhku. Entah mengapa sekarang aku dapat mendengar dengan jelas irama jantungku, darahku yang mengalir dengan derasnya, desah nafasku, bahkan air yang menetes dari kran. Sepertinya aku tahu nada apa yang ada dalam suara- suara disekitarku.
Ah, sudahlah. Mungkin aku saja yang terlalu membesar- besarkan. Lagipula, kasihan Serrafine sudah menungguku mandi dari tadi sementara aku sama sekali belum menyapukan sabun ke tubuhku.
Aku mandi secepat yang aku bisa setelah beberapa lama aku melamun tanpa berbuat apa- apa. Hanya membiarkan air berulang kali menyentuh tubuhku. Mungkin sekarang bibirku sudah berubah biru. Oh, pliss jangan melamun lagi...
Segera kulangkahkan kakiku keluar dari shower room, mengambil baju handuk yang sudah tersedia, lalu mengenakannya tanpa berbasa- basi lagi.
“Maaf, Serrafine. Pasti kakimu sudah berlumut, ya?” kataku sambi tersenyum.
“Bukan hanya kaki, tubuhku juga sudah dipenuhi lumut, Kelsey.” matanya melotot, “tapi, yang penting kamu sudah selesai sekarang─walaupun tadi sempat kukira kau pingsan.”
Tangan Serrafine menarikku keluar dari kamar mandi menuju kamar─yang baru kusadari ternyata ruangan ini adalah ruangan pribadi Mrs. vergee─yang hangat. Kemudian setelah melihatku, Nerry langsung mendudukkanku di kursi rias.
Aku memilih untuk menutup kedua mataku. Itu lebih baik dari pada melihat wajahku sekarang. Lebih baik jika aku hanya merasakan.
Berbicara tentang merasakan, aku juga merasa ada yang aneh dengan indera perabaku. Mengapa tiap kali Nerry menyapukan sesuatu ke wajahku, aku bisa merasakannya dengan terlalu sempurna? Mengapa aku dapat merasa bahwa sekarang Nerry sedang mengoleskan alas bedak yang menjadi koleksi Mrs. Vergee─aku tahu karena aku pernah membantu Mrs. Vergee bersolek dan aku sering diceritakan tentang mana bedak yang bagus, dll─yang berlabel maybeline. Itu tergambar dengan jelas saat alas bedak itu menyentuh kulitku. Kemudian, hmm..., Nerry menyapukan bedak, lipstik, eye shadow, semua memakai satu merek yang sama. Kucoba membuka mata. Aku ingin membuktikan apa yang kurasakan tadi.
Saat kubuka kedua mataku, aku melihat sesuatu yang berbeda di cermin. Apakah ini aku? Aku mengerjapkan mataku. Ini seperti dongeng tentang putri- putri kerajaan.
“Kau suka, Kelsey?” pertanyaan Nerry sedikit mengagetkanku.
“Aku masih tak percaya ada seorang putri di hadapanku.” mata sang putri mengisyaratkan ketakjuban.
“Great job! Now is my turn.” Kathryn menarik tubuhku ke dalam lemari super besar─dibuat khusus hanya untuk ganti baju bukan untuk menyimpan pakaian, tetapi sebelum itu aku sempat melirik ke kosmetik yang dipakai oleh Nerry memoles wajahku. Dan memang benar. Semua yang aku rasakan tadi merupakan kebenaran yang mengagetkan.
Pintu lemari ditutup. Keadaan menggelap sebelum Kathryn menyalakan lampu yang ada di langit- langit lemari.
“Kelsey, aku sudah menyiapkan gaun yang akan kaupakai. Kamu di sini saja, aku akan mengambilkan gaunnya.” suara Kathryn menghilang seiring dengan pintu lemari yang terbuka.
Beberapa saat kemudian, pintu lemari terbuka sedikit, Kathryn masuk dengan membawa gaun berwarna putih di genggaman tangannya.
Dengan perlahan dan terkesan hati- hati─mungkin takut make upnya terhapus atau rusak─Kathryn melepaskan baju handuk yang sedari tadi kupakai. Dengan perlahan pula dia memakaikan gaun itu ke tubuhku. Hampir seperti gaun pernikahan, hanya saja bagian bawah─bisa dikatakan rok─nya hanya sampai kira- kira 1cm di atas lutut. Roknya juga tipis, tidak setebal gaun pernihakan juga tidak seperti rok balet yang berlapis- lapis. Bagian belakang rok itu terdapat pita berwarna transparan yang besar juga panjang hingga menjuntai ke bawah seperti juntaian pita itu seperti bagian rok yang memanjang di belakang, dan panjangnya hanya 15cm di atas mata kaki. Lengannya dibuat seperti bagian bawah gaun itu. Panjangnya hanya 9cm.
Selain gaun itu, Kathryn juga memakaikan mahkota kecil yang ditancapkan di rambut depan bagian kanan.
“Kau cantik sekali, Kelsey.” Kathryn tersenyum.
“Terimakasih, Kat.” aku balas tersenyum padanya.
Tanpa berbasa- basi lagi, Kathryn membukakan pintu lemari untukku. Saat pintu lemari terbuka, Serrafine dan Nerry berdiri dengan tatapan mata takjub kepadaku.
“Cantik sekali.” ujar mereka bersamaan, dengan ekspresi yang hampir sama pula.
Serrafine melihat ke arah kakiku, “Sentuhan terakhir.”
Nerry dan Kathryn mengerti isyarat Serrafine dan langsung memakaikan stocking berwarna senada dengan kulitku. Kemudian memakaikan sepatu hak tinggi dengan belitan tali di atasnya. Mirip seperti sepatu balet. Hanya saja kau tak perlu menjinjit agar terlihat tinggi. Dan ada sebuah permata yang cukup besar disetiap belitan tali yang mengahadap ke depan. Cantik sekali.
“Sekarang kau sudah siap.” Serrafine berkata dengan mantap ke arahku.
Akhirnya, saat- saat yang sudah kutunggu- tunggu datang juga. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, “Terimakasih semuanya. Apakah setelah ini aku bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi?”
Serrafine, Nerry, dan Kathryn mengangguk bersamaan.
Aku menyunggingkan senyum kemenangan─walau jelas aku belum menang sebenarnya.
Baru saja mau membuka pintu, tiba- tiba Raff mengetuk tidak sabaran, “Ayo! Lama sekali kalian di dalam!”
“Kami sudah di depan pintu, Raff.” aku menenangkan ketidaksabaran Raff.
Raff mendesah, “Maafkan aku.”
Aku tersenyum.
“Baiklah, Kelsey. Kau sudah siap?” kata- kata Kathryn menghapus senyum dari wajahku.
Tetapi mengingat sebentar lagi aku akan tahu apa yang terjadi, senyum itu kembali terlukis di wajahku, “Ya.”
Serrafine membuka perlahan pintu yang sedari tadi tertutup.
Tempo irama jantungku terasa semakin cepat saja saat Serrafine membuka perlahan daun pintu itu. Semakin terbuka, rasanya tempo itu jauh lebih cepat. Sampai aku tak mampu untuk mengikuti tempo itu.
Aku menghitung mundur sambil memejamkan mataku. Tiga..., dua..., satu! Aku sangat yakin pintu ini sudah terbuka sepenuhnya. Karena aku dengan jelas merasa ada cahaya asing menerpa wajahku. Sangat berbeda dengan saat pintu itu masih tertutup.
Suasana mendadak hening. Perlahan aku membuka mataku. Mirip dengan apa yang dilakukan oleh Serrafine saat akan membuka pintu yang mengahalangi aku yang berada di dalam kamar ini dengan dunia luar.
Cahaya- cahaya berpendar mulai merangsang sebagian bola mataku yang sudah terbebas dari kurungan kelopak mataku untuk mengajak bagian bola mata lain lebih cepat melepaskan dirinya dari kurungan kelopak mata.
Setelah aku dapat dengan sempurna melihat sekeliling, aku berlari ke arah Kyle. Meninggalkan Serrafine, Nerry, dan Kathryn yang masih berdiri termangu di depan pintu. Seolah- olah mereka jauh lebih terkejut dari pada aku. Dan itu memang benar adanya.
Aku sama sekali tidak mengenal ruangan apa ini atau, siapa yang merubah ruangan ini menjadi tak dapat dikenali?
“Kyle, jelaskan padaku.” aku mengatakannya dengan sungguh- sungguh. Didukung oleh pandagan mataku yang─jelas─mengisyaratkan kesungguhan.
“Pertama, seharusnya kau menutup matamu. Seharusnya kau tidak melihat ini semua dulu.” pandangan matanya melirik tajam ke arah Kathryn, Serrafine, juga Nerry, “tetapi tak apa. Baiklah, sebelum kau mengetahui lebih banyak lagi... tutup matamu.” Nada bicaranya datar, tetapi itu sudah cukup membuatku menuruti kata- katanya.
Gemerlap cahaya di ruangan tadi menghilang, teredam oleh kedua kelopak mataku. kemudian─di tengah kegelapan yang kurasakan─ada sebuah tangan yang menuntunku ke suatu tempat. Dan suasana sangat hening di sekelilingku. Aku hanya mendengar suara sepatu hak tinggiku yang menginjak lantai marmer─khas rumah ini─dengan perlahan juga suara derap langkah penuntunku. Dan aku tidak akan melupakan yang satu ini. aku mendengar desahan nafas ang sangat berirama. Do... si... la.... do... si... la... dan yang lain menyahutnya dengan re... so... la... dan desah nafas lainnya yang saling sahut- menyahut satu sama lain. Bagaikan suara orchestra dengan dirigen yang sangat berbakat.
Aku tenggelam dalam keasyikanku mendengarkan simphoni ‘desah nafas’ sampai- sampai aku sangat kaget mengetahui bahwa sekarang aku sudah berdiri tegak─tidak berjalan, dan tidak dituntun lagi. Dan akhirnya aku tersadar bahwa inilah saatnya aku untuk membuka mata.
Seperti pada saat pertama kali aku melihat ruangan yang sama sekali berbeda. Desah nafas di sekitarku memburu, sebagian ada yang menahan nafas, sebagian ada yang memelankan tempo nafasnya. Aku sudah tidak sabar ingin melihat apa yang ada di sekelilingku saat ini. aku mempercepat kelopak mataku untuk membuka, dan─
“HAPPY BIRTH DAY........!!!!!!!!” semua orang berteriak. Layaknya guntur yang menggelegar, tetapi guntur ini menyenangkan─bukan yang membuatku ketakutan.
Aku melukiskan senyuman yang paling indah di wajahku. Aku tak dapat berkata- kata lagi. Bahkan akupun tidak lagi memikirkan ruangan apa yang ada di hadapanku ini. atau tangan siapa yang telah merubah ruangan ini sebegitu rupa. Aku bahkan terkaget- kaget saat menyadari bahwa sekarang aku sedang berada di atas panggung─bahkan kakiku melupakan saat- saat dia menaiki tangga menuju ke atas panggung. Dan sekarang, aku seperti akan bernyanyi opera─kau tahu, panggung ini besar sekali─di depan seluruh teman- temanku. Aku malu, tetapi rasa maluku ini sedah tertutupi oleh rasa bahagia.
Kemudian, gemuruh tepuk tangan dan sorakan kebahagiaan berhenti. Dan Kyle menodongkan sebuah mikrofon ke mulutku.
Aku melirik Kyle dan menatap matanya, mengisyaratkan kebingungan. Kyle menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya satu kali─padahal aku sangat mengharapkan Kyle akan menjauhkan mikrofon itu. Hmfh..
“Emm, teman- teman, pertama- tama aku mengucapkan terimakasih yang sangat pada kalian. Karena, well, aku sangat terkejut dan hal yang sangat luar biasa ini tidak akan hilang dari pikiranku. Selamanya.” aku menundukkan tubuhku sejenak. Seperti halnya orang jepang berterimakasih, “sekarang, mengapa tidak kita mulai saja pestanya?”
Akhirnya pestapun dimulai. Semuanya berbahagia. Begitupun aku. Bagai tak pernah merasa bahagia sebelumnya.
Sampai pada waktunya aku harus memotong kue.
“Bukannya sekarang waktunya memotong kue? Semua orang telah menunggu, Kyle.”
Kyle yang aku tanyai tersenyum simpul, “Semuanya menunggu dengan sabar kecuali kau, Kelsey.”
Mendengar kata- kata yang keluar dari mulut seorang Kyle, aku menjadi malu dan kemudian menundukkan kepalaku.
Melihat tingkahku seperti itu, Kyle menyandarkan lengannya di bahuku, dan dia berhasil membuatku menengadahkan kepalaku ke arahnya, “Aku tidak bermaksud untuk membuatmu malu. Lihatlah apa yang kau tunggu- tunggu.”
Segera aku memalingkan wajahku yang semula menghadap ke wajah Kyle ke depan. Dan sungguh, aku terkejut untuk yang kesekian kalinya.
Apa yang ada di atas kereta dorong yang didorong oleh sesuatu yang tak kasat mata, jelas itu Xee. Aku tertawa kecil. Lucu.
Tapi yang membuatku terkejut adalah apa yang ada di atas kereta dorong itu. Baru pernah aku melihat kue ulang tahun setinggi itu. Kuhitung satu persatu. Enam belas! Waw! Selintas aku berfikir, kue pernikahanku nanti bagaimana, yaa?
Alunan piano bernada happy birth day sudah dimainkan. Mr dan Mrs Vergee menaiki panggung.
Mr. Vergee menyerahkan pisau yang dibungkus sapu tangan yang sangat cantik, tidak kalah dengan pisau itu sendiri.
Aku mengambilnya, tak lupa aku memberikan senyuman hangatku pada Mr. Vergee.
Aku berjalan menuju sisi panggung yang paling ujung yang di sana telah berhiasi kue ulang tahunku dan juga tak lupa tangga balok agar aku tidak mengalami kesulitan saat memotong kue.
Kunaiki tangga itu satu persatu. Di puncak tangga, Kyle sudah menungguku. Seperti pasangan pengantin saja. Kemudian kuraih tangan Kyle yang terjulur ke arahku. Kyle membantuku memotong kue itu. Karena Kyle membantuku, aku jadi lebih mudah memotong kue itu.
Potongan pertama, aku berikan pada Mrs. Vergee, lalu yang ke dua aku berikan kepada Mr. Vergee, dan yang ke tiga aku berikan kepada kakak tersayangku, Kyle. Potongan berikutnya, ingin sekali aku berikan kepada Xee, tetapi sayang, aku tak bisa memberinya. Bagaimana aku memberikan potongan kue kepada orang yang tak dapat kulihat? Maka kusimpan potongan kue tersebut. Dan potongan kue yang ke lima aku makan sendiri.
Hmm… aku seperti merasakan salju meleleh di dalam mulutku saat memakan kue ulang tahunku. Ouh, keju kelas atas dari Swiss. Itu yang kurasa.
“Kyle, apakah keju untuk kue ini dari Swiss dan memakai kualitas keju kelas atas?”
“Kau mempunyai lidah yang bagus, Kelsey.” Kata Kyle sambil mengacungkan ibu jarinya dan melukiskan senyum di wajahnya.
Seharusnya kata- kata Kyle, juga senyumannya membuatku merasa senang. Tetapi tidak. Aku justru semakin bingung. Benarkah ini aku?
Aku berfikir, mungkin saja ada orang yang tidak sengaja merasuki tubuhku, sehingga aku menjadi seperti ini. Menjadi berbakat. Terlalu berbakat. Oh! Atau mungkin aku tidak sengaja memakan pil peningkat kemampuan yang jatuh dari luar angkasa?
Hmpff... memikirkan itu semua, aku jadi pusing, aliran darahku menjadi lebih cepat, detak jantungku pun berdetak semakin cepat. Semakin cepat. Semakin cepat.
Hangat... siapa yang sedang memelukku? Siapa yang sedang menopangku? Siapa yang menopangku agar dapat tetap dalam posisi duduk?
Tidak... tidak ada yang memelukku... tidak ada yang menopangku...
“Aku di sini Kelsey, apa kau lupa?”
Suara itu, “Xee? Aku, bagaimana aku bisa berada di sini?”
“Aku mendengar apa yang ada di dalam pikiranmu sebelum kau jatuh tak sadarkan diri. Begitu penasarankah kau, Kelsey?”
Aku mengangguk lemah.
“Kau belum mencoba menanyakan ini pada kakakmu?”
Aku menggeleng, “Apakah Kyle tahu soal ini?”
“Oh, jelas. Dia sangat tahu hal ini. Aku, Kyle, bahkan Alvin tahu soal ini dari pertama bertemu denganmu.”
“Apakah Kyle juga tahu bahwa aku tidak bisa melihatmu?”
“Sangat.”
“Apakah Kyle juga tahu bahwa aku bisa melihat Alvin Atherty?”
“Dia tahu hampir semua tentangmu, Kelsey. Itu sebabnya dia memilihmu.”
“Memilihku?
Pintu terbuka dengan suara berderit. Terlihat sekali bahwa ruangan ini jarang dipakai.
“Xee, apakah Kelsey sudah sadar?” Mrs. Vergee yang baru saja memasuki ruangan ini langsung bertanya pada Xee.
“Ya, Mrs. Vergee. Dia baru saja sadar. Kau pasti sangat mengkhawatirkannya.”
Mrs. Vergee hanya mengangguk dan memberikan senyuman hangatnya. Kemudian menghampiriku.
“Mom sangat cemas, kau tahu? Tadi wajahmu sepucat mayat. Mom tidak mau kehilanganmu, Kelsey. Mom tidak sanggup” tetes- tetes air mata mulai menuruni pipinya.
“Mom aku tak akan membiarkan air matamu menetes lagi.” kataku tersenyum sembari mengusap air mata di pipinya.
“Eumm, Mom. Sebenarnya ini ruangan apa?”
Terisak- isak, “Ini adalah ruang kesehatan keluarga Vergee.”
“Apakah di ruangan kesehatan Vergee memang diatur seperti rumah sakit?”
“Oh, memang begini, Sayang. Ini adalah rumah sakit pribadi keluarga Vergee.”
Waw, terkadang aku tidak sadar bahwa keluargaku sangat kaya, “Teman- teman bagaimana, Mom?”
“Oh, mereka sekarang sedang membersihkan sisa- sisa pesta tadi. Padahal sudah Mom bilang, pegawai Mom saja yang membersihkan, tetapi mereka berkeras hati ingin membersihkan itu sendiri. Katanya ini untuk kamu, Kelsey. Kau beruntung mempunyai teman- teman yang sangat baik.” Mrs. Vergee tersenyum.
“Akupun sangat beruntung memiliki ibu seperti Mom.”
Senyum Mrs. Vergee semakin merekah.
“Aku sangat senang melihat kau tersenyum, Kelsey.”
Sejenak mataku terarah pada sesuatu yang kosong.
“Oh, ya. Mom baru ingat.”
“Ada apa, Mom?”
“Apa kau mau menempati sekolah yang baru?” tanya Mrs. Vergee hati- hati.
“Sekolah baru?” aku berhenti sejenak, “maksudnya?”
“Kau akan menempati sekolah baru.”
“Mom, aku baru saja masuk sekolah.”
Raut muka Mrs. Vergee berubah, “Maafkan Mom, Kelsey.”
Tangan Mrs.Vergee sejenak meremas tanganku dengan halus. Kemudian Mrs. Vergee beranjak dari duduknya. Mrs. Vergee melangkahkan kakinya menuju pintu, meskipun sempat berhenti sejenak─aku berharap Mrs. Vergee akan berbalik lagi dan menemaniku, Mrs. Vergee tetap melangkahkan kakinya keluar dari ruangan ini.
“Xee, bolehkah aku measakan kehangatanmu?”
“Aku akan menghangatkanmu, Kelsey.”
Aku merasakannya lagi, kehangatan yang tadi kurasakan. Seperti mendapatkan kebahagiaanku kembali.
“Hei, aku meminta penjelasan darimu, Xee.”
“Penjelasan?”
“Ya, kau tadi berkata soal Kyle memilihku.”
“Oh, suatu saat nanti kau akan tahu.”
“Bagaimana bisa aku mempercayai kata- katamu?”
“Kau akan tahu saat kau menempati sekolah yang baru.”
“Xee, aku baru saja mendapat teman. Bagaimana bisa aku meninggalkannya begitu saja dengan alasan yang tidak jelas? Bahkan aku sendiri tidak bisa menerima aku harus berada di sekolah baru dengan alasan yang sama sekali tidak jelas seperti ini?”
“Kau akan susah apabila kau tak mau meneima kenyataan ini, Kelsey.”
“Kenyataan tentang apa? Kenyataan tentang aku dapat melihat Alvin?” aku merasakan otakku menegang.
“Bukan hanya itu.”
“Apa maksudmu, Xee?”
“Kau yang paling tahu.”
Percakapan ini tidak bagus. Aku tahu dari semua percakapan tadi bahwa Xee tidak akan mau memberitahuku.
Hmpfh... lebih baik aku mengganti topik saja. Emm, apa ya?
Oh iya, “Hey, kau tahu Rydec di mana?”
“Dia bersama Kyle.”
“Mana Kyle?”
“Kau bisa menanyakannya.”
“Apakah Kyle juga dapat menerima telepati dariku?”
Terdengar jelas Xee menghembuskan nafas, “Tidak bisa. Bukankah kau membawa telepon genggam?”
“Ooh... jangan membuatku bingung, Xee.”
“Aku tidak membuatmu bingung, kan?”
Aku hanya tersenyum simpul lalu mengambil telepon genggamku di atas meja─aku tidak tahu bagaimana bisa ada di situ. Kemudian aku menelepon Kyle.
Aku mendengar nada tut... tut... tut... setelah nada telepon terhubung. Kyle tidak mengangkat telepon dariku.
“Mengapa Kyle tidak mengangkat telepon dariku? Apakah terjadi sesuatu yang gawat terhadap Rydec? Kau pasti tahu. Cepat beritahu aku. Aku sangat cemas sekarang.”
“Kelsey, apa kau benar- benar mengkhawatirkan Rydec?”
“Kau tahu dengan jelas perasaanku sekarang. Bahkan sejak kejadian itu.”
“Apa kau mau melakukan apa saja agar Rydec bisa kembali seperti semula? Dengan syarat apapun?”
“Apakah kau mempunyai cara yang dapat mengembalikan Rydec seperti semula?”
“Ya, sejujurnya aku tidak tahu apa ide ini akan berhasil.”
“Maukah kau memberitahu aku?”
“Tetapi kita harus membuat persetujuan.”
“Persetujuan apa?”
“Kalau rencana ini berhasil, kau harus mau menempati sekolah barumu.”
Hmm... aku benar- benar ingin melihat ydec seperti dulu lagi, tetapi aku benar- benar tidak mau menempati sekolah baru. Hardford adalah tempat yang bagus. Tempat di mana aku nyaman untuk belajar, berteman, bahkan Hardford adalah tempat di mana aku bertemu dengan Alvin. Tidak, aku tidak mau meninggalkannya begitu saja seperti ini.
Tetapi, walau bagaimanapun, aku tidak boleh mengedepankan egoku. Tidak sama sekali.
“Apabila rencana ini tidak berhasil?”
Bukan waktu yang sedikit untuk Xee menjawab pertanyaanku ini. Aku menunggu.
“Apabila rencanaku ini tidak berhasil, maka aku tidak akan mengajukan persetujuan seperti ini lagi dan aku akan bertanggung jawab sepenuhnya.”
Aku mengangkat alis.
“Maksudku, aku akan berusaha terus agar Rydec kembali seperti semula. Walau apapun resikonya.”
“Eumm, aku tidak habis pikir, mengapa kau mau melakukan ini semua? Apa hanya karena kau menginginkan aku menempati sekolah baru? Aku yakin tidak.”
“Keyakinanmu perlu direfisi. Aku menginginkan kau menempati sekolah yang baru. Dan hanya itu yang ada di pikiranku sekarang.”
Bukannya aku meragukan perkataannya, tetapi kalau aku boleh jujur, Xee masih menyembunyikan sesuatu dariku. Dan aku tidak tahu itu apa.
Jadi, apa yang harus aku lakukan?
“Bisakah kau memberiku waktu?”
“Waktu? Apakah kita masih punya waktu?”
Aku menghembuskan nafas. Xee benar, “Baiklah aku terima tawaranmu, Xee.”
“Terimakasih Kelsey, kau telah mempercayaiku.”
“Jangan sia- siakan kepercayaanku ini, Xee.”
“Tidak akan.”
“Baiklah, aku merasa sangat lelah. Bolehkah aku kembali ke kamarku untuk beristirahat di sana?”
“Oh, itu bukan hakku untuk memutuskan. Aku akan menanyakan ini.”
Pintu terbuka sendiri, kemudian menutup kembali. Kini aku merasa kesepian.
Apakah pilihanku ini benar?
Tidak, Kelsey. Kau harus memantapkan hatimu. Kau akan siap mengorbankan kehidupan sekolahmu demi Rydec.
Aku menghembuskan nafas.
“Alvin? Bisakah kita bicara?”
“Silahkan. Apa ini tentang Rydec?”
“Iya, maafkan aku. Aku sama sekali tidak tahu.”
“Aku sudah memaafkanmu saat aku tahu kau belum mengetahui kemampuanmu. Sudah tidak ada yang perlu dimaafkan.”
“Terimakasih, Alvin.”
“Bagaimana dengan Rydec, Kelsey?”
“Oh, iya. Xee mempunyai ide untuk mengmbalikan Rydec seperti semula.”
“Bagaimana?”
“Aku sendiri juga tidak tahu. Maka dari itu, aku ingin apakah kau mau melakukan apa yang Xee minta. Emm, apabila Xee meminta tentunya.”
“Aku akan membantu.” kesungguhan Alvin terdengar jelas dalam pikiranku.
“Terimakasih, Alvin. Terimakasih, Kelsey”
“Xee, itukah kau?”
“Ya, Kelsey. Terimakasih. Alvin, mari kita berkerja sama.” telepati dari Xee, terdengar sangat menyakinkan.
“Aku percaya padamu. Jangan kecewakan aku, Kelsey. Bagaimana kita memulainya, Xee?” Alvin sangat bersemangat dalam hal ini.
Senyumku mengembang.
“Aku akan membawamu ke tempat yang tadi kau minta, Kelsey.”
Detik setelah itu, aku mendapati diriku melayang. Xee membawaku ke kamar tanpa membuat aku harus melangkahkan kakiku.
“Terimakasih untuk kalian berdua. Aku tidak akan menyia- nyiakan kepercayaan yang kalian berikan.”
─Xee, mau ngubur Alvin dan Ibunya. Rydec sekarat, ini tempat rahasia keluarga Vergee, Kelsey Ultah yang ke-16, Kelsey punya kemampuan untuk mengetahui nada(ketajaman irama), ketajaman penglihatan(masuk dalam pembaca ekspresi), ketajaman pengecapan(kaya’ janggeum), ketajaman penciuman, ketajaman perabaan ( jujur, bohong plus bisa tahu apa yang disentuhnya ‘pengingat super dan peraba super’), dan pikiran mengetahui melalui ekspresi seseorang(pembaca ekspresi), trus .......*klas 2─
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "aku tahu siapa aku, its my story"
Posting Komentar